Pertempuran Pantai Sarimbun

Pertempuran Pantai Sarimbun
Bagian dari the Pertempuran Singapura
Perang Dunia II

Posisi pasukan Sekutu di wilayah Sarimbun, Singapura pada 8 Februari 1942 pukul 10:00. Tanda panah menunjukan serangan yang dilakukan oleh Pasukan Jepang.
Tanggal8–9 Februari 1942
LokasiPantai Sarimbun, Singapura (Negeri-Negeri Selat)
1°26′12″N 103°41′57″E / 1.436789°N 103.699254°E / 1.436789; 103.699254
Hasil Kemenangan Jepang
Pihak terlibat
Australia Brigade-22 Australia
Kemaharajaan Britania Batalion Infanteri Jind
Negeri-Negeri Selat 1 kompi Dalforce
Kekaisaran Jepang Divisi ke-5
Kekaisaran Jepang Divisi ke-18
Tokoh dan pemimpin
Australia Harold Burfield Taylor Kekaisaran Jepang Renya Mutaguchi
Kekaisaran Jepang Takuro Matsui
Kekuatan
~3.000 ~10.000
Korban
Tidak diketahui, kemungkinan signifikan Tidak diketahui, kemungkinan ringan
  • l
  • b
  • s
Pertempuran Singapura
  • Pantai Sarimbun
  • Kranji
  • Bukit Timah
  • Pasir Panjang

Pertempuran Pantai Sarimbun adalah tahap pertama serangan Jepang ke Singapura pada Februari 1942 selama Perang Dunia II. Pantai Sarimbun, yang terletak di sudut barat laut daratan Singapura, adalah daerah di mana pasukan Jepang, di bawah arahan Letnan Jenderal Tomoyuki Yamashita, pertama kali menyerang pasukan Sekutu (terutama Inggris) di Singapura. Komandan keseluruhan dari semua pasukan Sekutu di Singapura, Letnan Jenderal Arthur Percival, tidak mengharapkan Jepang untuk melakukan serangan utama mereka di pulau tersebut dari barat laut dan kemudian gagal untuk memperkuat Brigade ke-22 Australia yang kemudian terkepung, yang menanggung beban terberat atas serangan Jepang. Tujuan utama Jepang yang ingin dicapai setelah mereka mendarat di Pantai Sarimbun adalah merebut Pangkalan Angkatan Udara Tengah (Lapangan Udara Tengah).

Latar belakang

Menjelang invasi, Jenderal Percival memerintahkan dua brigade yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Gordon Bennett dari Divisi 8 Australia, untuk bertanggung jawab atas sektor barat laut pulau tersebut yang termasuk titik invasi utama. Medannya terutama rawa bakau dan hutan tropis yang dibelah oleh sungai dan anak sungai. Brigade Infanteri ke-22 yang dimpimpin oleh Brigadir Harold Taylor, ditambah dengan sebagian besar pasukan Batalyon Senapan Mesin 2/4 Australia, ditugaskan di sektor seluas 16 kilometer yang berpusat di Pantai Sarimbun. Batalyon Infanteri Jind dari Pasukan Negara Bagian India yang menjaga Tengah dan satu kompi pasukan milisi gerilya dari Dalforce yang direkrut dari Tionghoa Singapura. Brigade Infanteri ke-27 ditugaskan ke zona seluas 3.650 m yang bersebelahan dengan Tengah di bagian utara, berdampingan dengan jalan lintas. Batalyon Senapan Mesin 2/4 Australia disebar di antara unit-unit pasukan infanteri.[1]

Pertempuran

Pada pukul 20.30 tanggal 8 Februari waktu setempat, setelah konfirmasi dan pemastian, pasukan penembak senapan mesin Australia menembaki kapal-kapal yang membawa gelombang pertama sejumlah 4.000 tentara Jepang dari Divisi 5 dan 18 Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, menuju Pulau Singapura. Jepang tidak membuang waktu untuk menyerang Pantai Sarimbun yang dipertahankan oleh Brigade ke-22.[2]

Pertempuran sengit berlangsung sepanjang malam di wilayah tersebut, tetapi kekuatan Jepang yang meningkat dalam jumlah, serta keunggulan pasukan Jepang dalam artileri, tank, pesawat dan intelijen militer, akhirnya mulai menjatuhkan banyak korban dari pasukan pertahanan Sekutu yang kurang mendapatkan pasukan tambahan. Jepang berhasil memanfaatkan beberapa celah di garis pertahanan Sekutu yang tersebar tipis di sepanjang pantai, seperti melalui sungai-sungai kecil, anak sungai dan muara sungai. Pada tengah malam, dua brigade Australia yang terlibat dalam pertahanan pantai telah kehilangan komunikasi satu sama lain dan Brigade ke-22 terpaksa mundur. Pada pukul 1.00 pagi, lebih banyak lagi tentara Jepang mendarat ke pulau tersebut dan pasukan cadangan terakhir Australia yang terakhir masuk ke dalam medan pertempuran.[3]

Menjelang subuh pada 9 Februari, beberapa elemen Brigade ke-22 diserbu atau dikepung oleh pasukan Jepang, lalu Batalyon Infanteri Australia 2/18, yang ditempatkan di posisi tengah, kehilangan lebih dari setengah pasukannya. Batalyon Infanteri Australia 2/20, yang mempertahankan wilayah sayap kanan, juga sangat berkomitmen untuk melawan pasukan Jepang. Pada saat yang sama, Batalyon Infanteri Australia 2/19, di sisi kiri, sedang dikepung, dan hanya Kompi "B" yang tersisa untuk menghadapi pendaratan dan serangan awal oleh Jepang.[4]

Percival tetap meyakini bahwa pendaratan pasukan Jepang selanjutnya akan terjadi di timur laut dan tidak menyetujui untuk mengirimkan pasukan tambahan dalam rangka memperkuat Brigade ke-22 yang kekurangan pasukan yang mengancam posisi Lapangan Udara Tengah dengan keberadaan pasukan Jepang di sekitarnya yang baru saja mendarat. Namun, sebelum bala bantuan terbatas pasukan infanteri Inggris dan India tiba, unit pertahanan Australia dan Singapura yang sudah dalam kondisi babak belur, mundur bersama dengan pasukan Jind, untuk mengambil posisi pertahanan baru yang disebut dengan "Garis Jurong", yang membentang ke selatan dari desa Bulim, terletak di sebelah timur lapangan udara tersebut. Pangkalan Udara Tengah akhirnya berhasil direbut oleh Jepang sekitar tengah hari pada tanggal 9 Februari, sehingga memenuhi tujuan utama mereka atas pendaratannya di Sarimbun.[5]

Kesudahan

Pada malam 9 Februari, tiga unit perahu kecil yang dilengkapi dengan peluncur senjata lengkap (Fairmile B) dari pasukan Inggris dikirim untuk menyerbu terusan di sebelah barat Selat Johor di daerah garis pantai yang berbatasan dengan Pantai Sarimbun. Tujuan utama pasukan tersebut untuk menyerang kapal pendarat pasukan Jepang dan mengacaukan komunikasi pasukan Jepang. Pasukan tersebut mendapat serangan pasukan Jepang dari kedua sisi pantai (dari arah Malaya di sebelah utara dan Pantai Sarimbun di sebelah selatan) tetapi tetap terus menekan pasukan Inggris hingga ke Causeway.[6] Beberapa kapal pendarat Jepang berhasil dihancurkan dan ditenggelamkan sebelum peluncuran kembali pasukan Inggris ke kanal dan berhasil mencapai Singapura hingga hampir tidak ada kerugian berarti atau dengan kerugian minimal. Beberapa tentara Sekutu melihat hal tersebut sebagai perbandingan taktik pertahanan efektif yang digunakan dengan terlalu sedikit dan/atau terlambat oleh para komandan senior mereka.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Wigmore 2014, hlm. 298-299.
  2. ^ Wigmore 2014, hlm. 308-309.
  3. ^ Wigmore 2014, hlm. 311-312.
  4. ^ Wigmore 2014, hlm. 311.
  5. ^ Wigmore 2014, hlm. 325.
  6. ^ Wigmore 2014, hlm. 333.

Pustaka

  • Wigmore, Lionel Gage (2014). "Chapter 14-15". Australia in the War of 1939-1945 Vol. IV: The Japanese Thrust (dalam bahasa Inggris). Naval & Military Press. ISBN 1-7833-1004-9. OL 35735492M.  Parameter |sfnref= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • Owen, Frank (2001). The Fall of Singapore (dalam bahasa Inggris). Penguin Books. ISBN 0-1413-9133-2. OL 9607579M.  Parameter |sfnref= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)

Pranala luar

  • (Inggris) "Chapter 14 – Naked Island" (PDF). Australian War Memorial. 
  • (Inggris) "Chapter 15 – Defence of Western Area" (PDF). Australian War Memorial. 
  • (Inggris) Foo-Tan, Germaine (7 Februari 2004). "1942 - Sarimbun Beach Battle" [Pertempuran Pantai Sarimbun - 1942]. Kementerian Pertahanan Singapura (MINDEF).  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |arhive-url= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)