Samir bin Shalih

Samir bin Shalih As-Suwailim
JulukanIbnul Khattab, Amir Khattab
Lahir14 April 1959
Arab Saudi
Meninggal20 Maret 2002(2002-03-20) (umur 42)
Chechnya
Pengabdian Mujahidin Afghanistan
Republik Chechnya Ichkeria
KomandanMujahidin Arab di Chechnya
Brigade Penjaga Perdamaian Islam
Perang/pertempuranPerang Soviet-Afganistan
Perang Saudara Tajikistan
Perang Bosnia
Perang Chechnya I
Perang Dagestan
Perang Chechnya II

Samir bin Shalih bin Abdullah As-Suwailim (bahasa Arab:سامر بن صالح بن عبد الله السويلم) atau lebih dikenal dengan nama samaran Ibnul Khattab atau Amir Khattab, adalah seorang pejuang gerilya (mujahidin) yang terlibat dalam perang di Chechnya.

Biografi

Samir lahir pada 1389 H di kota Ar'ar, utara Saudi Arabia, dan dibesarkan oleh keluarganya. Ia tinggal di kota ini sampai menyelesaikan kelas empat sekolah dasar, saat itu umurnya baru 10 tahun. Ia meninggalkan bangku sekolah setelah perang pertama yang terjadi di Afganistan.

Samir menikah dengan wanita dari Dagestan dan dikaruniai tiga anak, Sarah berusia 5 tahun, Shalih berusia 3 tahun, dan Sajidah berusia satu tahun setengah.

Ia memiliki hubungan kuat dengan para syaikh yang dijadikan rujukan oleh para mujahidin semisal Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, Syaikh Muhammad Al-Utsaimin dan Syaikh Hamud Al-Uqla rahimahullah. Sering ia meminta fatwa mereka dalam urusan jihad, ilmu, dan dakwah.

Peperangan yang diikuti

Afghanistan

Ia bergabung dalam perang Afghan tahun 1408 H, persis sesudah bulan Ramadhan dan meninggalkan studinya di Serikat Aramco Petrol. Ia menetap di Afghanistan sampai akhir tahun 1412 H, tapi dalam masa itu ia pernah pulang ke Arab Saudi untuk mengobati luka yang menimpanya pada salah satu peperangan di Afghanistan.

Ketika ia tinggal di kota Logar di Afghanistan, ia dipercaya untuk membawahi detasemen Uhud dalam sebuah operasi pertempuran. Akhirnya detasemen ini dijadikan percontohan baik dan ditiru oleh detasemen mujahidin lainnya.

Tajikistan

Sesudah perangnya di Afghanistan pada tahun 1993, ia pindah ke Tajikistan berperang melawan Rusia selama dua tahun. Sampai pada suatu pertempuran di Tajikistan, dua jemari tangannya yang kanan putus akibat terkena granat. Kawan-kawan mujahidin menyarankannya untuk berobat ke Peshawar, akan tetapi saran itu tidak diterimanya dan luka yang ada ia balut dengan madu. Hingga wafatnya balutan itu tetap melekat di tangannya.

Setelah dua tahun berperang di Tajikistan, ia dan beberapa temannya kembali ke Afghanistan pada permulaan tahun 1995 dan ketika itu adalah awal peperangan di Chechnya. Hatinya tersentuh saat ia di Afghanistan sedang menyaksikan berita di Chechnya lewat satelit parabola, sampai ia mengatakan: "Ketika aku melihat sekelompok pasukan Chechnya yang berikat kepala La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah dan meneriakkan Allahu Akbar, aku jadi mengetahui kalau di Chechnya ada jihad dan aku memutuskan wajib bagiku untuk pergi ke tempat mereka."

Chechnya

Pada tahun 1995, Samir yang menguasai empat bahasa yaitu Arab, Rusia, Inggris dan Pashtun, bersama delapan mujahidin lainnya berangkat ke Chechnya. Di awal masuknya ke Chechnya ia tidak mengetahui sama sekali negeri tersebut. Akhirnya ia menyamar menjadi reporter sebuah stasiun televisi. Ia bertanya kepada penduduk Chechnya mengenai keadaan setempat, dan demikian pula yang ia lakukan saat perjumpaan awalnya dengan Shamil Basayev, selaku komandan tertinggi mujahidin Chechnya.

Samir empat tahun berperang di Chechnya, dengan bekal pengalaman berperang di Afghanistan dan Tajikistan. Tentara Rusia yang terbunuh olehnya selama 3 tahun di Chechnya lebih besar dibanding yang terbunuh di Afghanistan dalam kurun waktu 10 tahun. Pasukan yang dipimpin Khattab ini juga ikut andil dalam menggempur Grozny pada Agustus 1996, dipimpin langsung oleh Shamil Basayev.

Wafatnya

Samir wafat pada awal bulan Shafar 1423 H dalam usia 43 tahun akibat racun surat yang dibawakan oleh seorang kurir musuh. Sumber lain mengatakan bahwa makanannya mengandung racun yang ditaruh oleh seorang pengkhianat. Ternyata cara kematian ini telah ia gambarkan jauh hari sebelum ajal menjemputnya.

Lihat pula

Rujukan

  • Surat Dari Garis Depan (Suara Hati Tokoh Perlawanan), Jazera Cetakan I, Solo, September 2006