Taksidermi

Taksidermi primata dan pachyderm di Rahmat International Wildlife Museum and Gallery, Medan, Sumatra, Indonesia

Taksidermi adalah seni pengawetan dan pengolahan jazad hewan melalui penyanggaan dan pengisian sehingga tampak seperti keadaan aslinya saat masih hidup. Taksidermi bertujuan sebagai pajangan semata maupun untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Hewan-hewan yang diawetkan sering kali (tetapi tidak selalu) digambarkan dalam keadaan hidup. Kata taksidermi menggambarkan proses pengawetan hewan, tetapi kata itu juga digunakan untuk menggambarkan produk akhir dari proses pengawetan, yang disebut susunan taksidermi atau hanya disebut sebagai "taksidermi".

Kulit Lolong yang diawetkan, Lolong adalah buaya terbesar di penangkaran menurut Guinness World Records, awetan ini disimpan di Museum Nasional Filipina

Kata taksidermi berasal dari kata Yunani taxis dan derma.[1] Taxis berarti "penyusunan", dan derma berarti "kulit" (dermis).[1] Kata taxidermy diterjemahkan secara harfiah menjadi "penyusunan kulit".[1]

Taksidermi dipraktekkan terutama pada hewan bertulang belakang[2] (mamalia, burung, ikan, reptil, dan lebih jarang pada amfibi). Taksidermi juga dapat dilakukan pada serangga dan arachnida besar[3] dalam beberapa keadaan. Proses taksidermi digunakan untuk berbagai kepentingan, mulai dari piala berburu hingga pajangan museum sejarah alam. Museum menggunakan taksidermi sebagai metode untuk merekam spesies, termasuk spesies punah dan terancam,[4] dalam bentuk studi kulit dan taksidermi yang dibuat dengan kondisi mendekati hewan aslinya. Taksidermi terkadang juga digunakan sebagai sarana untuk mengenang hewan peliharaan.[5]

Seseorang yang mempraktikkan taksidermi disebut ahli taksidermi. Mereka mungkin berlatih secara profesional, melayani museum dan olahragawan (pemburu dan nelayan), atau hanya sebagai amatir (penghobi). Seorang ahli taksidermi biasanya familiar dan memahami dengan baik ilmu anatomi, patung, lukisan, dan penyamakan kulit.

Referensi

  1. ^ a b c Harper, Douglas. "taxidermy". Online Etymology Dictionary. Diakses tanggal 17 July 2010. 
  2. ^ Stephen P. Rogers; Mary Ann Schmidt; Thomas Gütebier (1989). An Annotated Bibliography on Preparation, Taxidermy, and Collection Management of Vertebrates with Emphasis on Birds. Carnegie Museum of Natural History. ISBN 978-0-911239-32-4. 
  3. ^ Daniel Carter Beard (1890). The American Boys Handy Book. C. Scribner's Sons. hlm. 242, 243. 
  4. ^ "Life After Death: Extinct Animals Immortalized With Taxidermy". video.nationalgeographic.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-16. Diakses tanggal 2015-07-16. 
  5. ^ Pierce Ph.D, Jessica. "All Dogs Go to Heaven". Psychology Today. Sussex Publishers, LLC. Diakses tanggal 2 March 2017. 

Bacan lanjutan

  • Rookmaaker, L. C.; et al. (2006). "The ornithological cabinet of Jean-Baptiste Bécoeur and the secret of the arsenical soap" (PDF). Archives of Natural History. 33 (1): 146–158. doi:10.3366/anh.2006.33.1.146. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2021-06-16. 

Bacaan lanjutan

Sumber pustaka mengenai
Taksidermi
  • Sumber di perpustakaan Anda
  • Sumber di perpustakaan lain
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Taxidermy.
  • Taxidermy.blog Diarsipkan 2021-06-24 di Wayback Machine.
  • Taxidermy.Net
  • Methods in the Art of Taxidermy Diarsipkan 2010-10-31 di Wayback Machine. by Oliver Davie
  • Free Taxidermy School.Com
Pengawasan otoritas Sunting ini di Wikidata
Umum
  • Integrated Authority File (Jerman)
Perpustakaan nasional
  • Prancis (data)
  • Amerika Serikat
  • Jepang
Lain-lain
  • Microsoft Academic